PERBEDAAN KUAT TEKAN 2 BETON BEDA PASIR
( PASIR MUNTILAN DAN PASIR BODRI )
ABSTRAK
Tujuan
diadakannya penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton dari
masing-masing pasir dan juga untuk mengetahui kekuatan tekan beton setelah
diberi penambahan chemical admixture dan additive berupa superplasticizer dan
silica fume.
Dengan
cara masing-masing
pasir di campur dengan campuran semen, kerikil, bahan tambah (chemical
admixture dan additive) dan air sesuai dengan ketentuan SNI atau ASTM dalam
campuran beton dengan penggunaan bahan tambah.
Dengan
demikian akan diketahui hasil uji beton antara pasir bodri dan pasir muntilan, baik yang dengan bahan
tambah dan tanpa bahan tambah dan diketahui
hasil tes kuat tekan, kuat belah dan kuat lenturnya. Dan juga memberikan informasi tentang penggunaan
admixture dan additive yang paling efektif pada pasir-pasir yang telah diteliti
dalam kaitannya dengan pekerjaan konstruksi.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hampir semua faktor yang berkenaan
dengan kelayakan suatu agregat endapan (deposit) berhubungan dengan sejarah
geologi dari daerah sekitarnya. Proses geologis yang membentuk suatu deposit
atau modifikasi yang berturutan, menentukan ukuran, bentuk, lokasi, jenis,
keadaan dari batuan, serta gradasi, kebulatan dan derajad informatisnya, dan
sejumlah faktor lain yang berkaitan dengan pertanyaan tentang penggunaannya. (L.J
Murdock.,et al.,1999).
Sifat yang paling penting dari suatu
agregat (batu-batuan, kerikil, pasir dan lain-lain) ialah kekuatan hancur dan
ketahanan terhadap benturan, yang dapat mempengaruhi ikatannya dengan pasta
semen, porositas dan karakteristik penyerapan air yang mempengaruhi daya tahan
terhadap proses pembekuan waktu musim dingin dan agresi kimia serta ketahanan
terhadap penyusutan. (L.J Murdock.,et al.,1999)
Agregat yang banyak digunakan karena
sifatnya yang ekonomis di Inggris adalah pasir dan kerikil. Deposit pasir dan
kerikil alamiah timbul sebagai deposit pada tempat yang dangkal (mengapung)
atau terletak di dasar sungai-sungai maupun sebagai peninggalan ketika es mencair.
(L.J Murdock.,et al.,1999).
Deposit sungai masih merupakan yang
paling umum dan memenuhi syarat karena deposit ini mempunyai gradasi yang
konsisten sebagai hasil dari daya seleksi oleh sungai itu, bentuknya biasanya
bulat, tak teratur, dan gaya kikis selama transportasi oleh aliran sungai dan
pengendapan sesudahnya menghasilkan eliminasi partikel-partikel yang lemah.
Pada umumnya, kerikil-kerikil sungai seragam dalam tebalnya dan deposit dapat
dieksploitasi dari 1 meter sampai 6 meter. Lembah Thames dan Trent adalah bagian dari sungai besar yang
merupakan suatu cadangan kerikil berkualitas tinggi.(L.J Murdock.,et al.,1999).
Kerikil dan pasir juga dikeruk di
muara-muara sungai, terutama pasir dari selat Bristol dan teluk Liverpool di
mana digunakan batu pecah untuk betonnya. Produksi dari laut Utara dan selat
Inggris tampak melimpah dalam 10 tahun belakangan ini. Meskipun agregat yang
dikeruk dari laut telah digunakan pada beberapa tempat selama bertahun-tahun,
kenaikan produksi dan penggunaannya telah menentukan batasan tertentu, agar
karang laut dan kadar garam tertentu dapat disetujui penggunaannya untuk
campuran beton. (L.J Murdock.,et al.,1999).
Di Indonesia bahan tambah telah
banyak dipergunakan. Manfaat dari penggunaan bahan tambah ini perlu dibuktikan
dengan menggunakan bahan agregat dan jenis semen yang sama dengan bahan yang
akan dipakai di lapangan. Dalam hal ini bahan yang dipakai sebagian bahan
tambah harus memenuhi ketentuan yang diberikan SNI. Untuk bahan tambah yang
merupakan bahan tambah kimia harus memenuhi syarat yang diberikan dalam ASTM
C.494, “Standard Specification for Chemical Admixture for Concrete” (Ir.Tri
Mulyono,2003).
Penambahan bahan tambah dalam sebuah
campuran beton atau mortar tidak mengubah komposisi yang besar dari bahan yang
lainnya, karena penggunaan bahan tambah ini cenderung merupakan pengganti atau
substitusi dari dalam campuran beton itu sendiri. Karena tujuannya memperbaiki
atau mengubah sifat dan karakteristik tertentu dari beton atau mortar yang akan
dihasilkan, maka kecenderungan perubahan komposisi dalam berat-volume tidak
terasa secara langsung dibandingkan dengan komposisi awal beton tanpa bahan
tambah. (Ir.Tri Mulyono,2003)
B.
Rumusan
Masalah
Masalah yang diteliti kali ini
merupakan penggunaan beton dengan campuran pasir bodri dan beton dengan
campuran pasir muntilan yang digunakan untuk perkuatan struktur baru (beton
baru) tidak menempel pada beton lama. Untuk memperjelas permasalahan yang akan
diteliti, maka masalah tersebut dirumuskan sebagai berikut :
1. Berapakah selisih kuat tekan, kuat lentur dan kuat tarik
belah beton yang dihasilkan oleh kedua jenis pasir tersebut ?
2. Hal apa saja yang menyebabkan perbedan kekuatan dari beton
yang dihasilkan oleh masing-masing pasir ?.
3. Apakah beton yang dihasilkan oleh pasir-pasir tersebut
telah memenuhi Standard Nasional Indonesia?
4. Tipe pekerjaan seperti apakah yang cocok apabila
pasir-pasir tersebut digunakan untuk pelaksanaan suatu proyek konstruksi (tanpa
bahan tambahan)?
5. Bagaimanakah hasil kuat tekan beton dari masing-masing
pasir yang ditambah dengan chemical admixture dan additive berupa
superplasticizer dan silica fume?
C.
Tujuan
Tujuan
utama penelitian ini adalah mengembangkan pasir bodri yang merupakan pasir
sungai supaya dapat digunakan seperti pasir muntilan, dalam pekerjaan beton
dengan kekuatan tekan tinggi yang dipergunakan untuk struktur seperti kolom
struktur,beton pre-cast, beton pra-tegang, dinding geser dan lain sebagainya.
Untuk
memperjelas langkah dalam mencapai tujuan penelitian diuraikan sebagai berikut
:
1. Mengetahui kuat
tekan beton dari masing-masing pasir.
2. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton dari masing-masing pasir
3. Mengetahui kelayakan
pasir tersebut untuk pekerjaan konstruksi sesuai dengan SNI dan PBI.
4. Mengetahui jenis
pekerjaan yang tepat untuk masing-masing pasir (tanpa bahan tambahan) pada
proyek konstruksi.
5. Mengetahui kekuatan
tekan beton setelah diberi penambahan chemical admixture dan additive berupa
superplasticizer dan silica fume.
D.
Manfaat
1. Sebagai pedoman untuk pasir sejenis yang memiliki
kemiripan dari berbagai aspek dengan pasir yang diteliti.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dan penyedia jasa
konstruksi mengenai sifat pasir yang telah diteliti guna membantu mereka dalam
melaksanakan pekerjaan konstruksi.
3. Memberikan informasi tentang penggunaan admixture dan
additive yang paling efektif pada pasir-pasir yang telah diteliti dalam kaitannya
dengan pekerjaan konstruksi.
BAB
II
KAJIAN
TEORI DAN APLIKASI
Pasir dibedakan menjadi 2
yaitu, Pasir beton dan Pasir pasang
Pasir Beton
Pasir beton adalah
butiran-butiran mineral keras dan tajam berukuran antara 0,075 – 5 mm, jika
terdapat butiran berukuran lebih kecil dari 0,063 mm tidak lebih dari 5% berat.
Pasir beton sering digunakan untuk pekerjaan cor-coran struktur seperti kolom,
balok dan pelat lantai. (Drs.Daryanto,2008)
Untuk mendapatkan kekuatan
beton yang optimal maka pasir harus dapat memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut :
a) Pasir beton harus bersih,
bila diuji dengan larutan pencuci khusus, tinggi endapan pasir yang kelihatan
dibandingkan dengan tinggi seluruh endapan tidak kurang dari
70%.(Drs.Daryanto,2008)
b) Kadar butiran yang lewat
ayakan 0,063 mm (kadar lumpur) tidak boleh lebih dari 5% berat.
(Drs.Daryanto,2008)
c) Angka kehalusan butir
(FM) terletak antara 2,2 – 3,2 bila diuji dengan rangkaian ayakan 0,16 ; 0,315;
0,63; 1,25; 2,50; 0,5 dan 10 mm, fraksi yang lewat ayakan 0,3 mm minimal 15%
berat. (Drs.Daryanto,2008)
d) Pasir tidak boleh
mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mutu beton. Untuk memeriksanya
pasir direndam pada cairan 3% NaOH, cairan di atas endapan tidak boleh lebih
gelap dari warna larutan pembanding. (Drs.Daryanto,2008)
e) Kekekalan terhadap
larutan Na4SO4; fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari 12% berat. Kekekalan
terhadap larutan MgSO4; fraksi yang hancur tidak boleh lebih dari 10% berat.
f) Untuk beton dengan
tingkat keawetan tinggi, reaksi pasir terhadap alkali harus negatif.
(Drs.Daryanto,2008)
Pasir Pasang
Berdasarkan tempat
penambangan, maka pasir pasang di bedakan dalam 2 jenis sebagai berikut :
1. Pasir Gunung,
adalah pasir yang diperoleh dari hasil galian , butirannya kasar dan tidak
terlalu keras. Biasanya pasir jenis ini mengandung pozolan (jika dicampur
dengan kapur padam dan air setelah beberapa waktu dapat mengeras sehingga
membentuk suatu massa padat dan sukar dalam air). (Drs.Daryanto,2008)
2. Pasir Sungai,
adalah pasir yang diperoleh dari sungai yang merupakan hasil gigisan
batu-batuan yang keras dan tajam, pasir jenis ini butirannya cukup baik (antara
0,063 mm – 5 mm) sehingga merupakan adukan yang baik untuk pekerjaan pasangan.
(Drs.Daryanto,2008)
Menurut Standar ASTM. C.494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi 7 tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu bahan tambahan harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut di gunakan dalam racikan beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya (PB, 1989:12). Jenis dan definisi bahan tambah kimia ini sebagai berikut (Ir.Tri Mulyono,2003) : Bahan Tambah Kimia (Chemical Admixtures)
Menurut Standar ASTM. C.494 (1995: .254) dan Pedoman Beton 1989 SKBI.1.4.53.1989 (Ulasan Pedoman Beton 1989: 29), jenis bahan tambah kimia dibedakan menjadi 7 tipe bahan tambah. Pada dasarnya suatu bahan tambahan harus mampu memperlihatkan komposisi dan unjuk kerja yang sama sepanjang waktu pekerjaan selama bahan tersebut di gunakan dalam racikan beton sesuai dengan pemilihan proporsi betonnya (PB, 1989:12). Jenis dan definisi bahan tambah kimia ini sebagai berikut (Ir.Tri Mulyono,2003) : Bahan Tambah Kimia (Chemical Admixtures)
1. Tipe A
“Water-Reducing Admixtures”
Water-Reducing Admixtures
adalah bahan tambah yang mengurangi air pencampur yang diperlukan untuk
menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu.
Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain untuk tidak mengurangi kadar semen dan nilai semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan perbandingan rasio faktor air semen (wer) yang rendah. Pada kasus pertama dengan mengurangi FAS(Faktor Air Semen) secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan FAS yang rendah akan meningkatkan kekuatan tekan beton. Pada kasus kedua dengan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang lebih kecil (Mather,Bryant,1994:494-495)
Water-Reducing Admixtures digunakan antara lain untuk tidak mengurangi kadar semen dan nilai semen dan nilai slump untuk memproduksi beton dengan perbandingan rasio faktor air semen (wer) yang rendah. Pada kasus pertama dengan mengurangi FAS(Faktor Air Semen) secara tidak langsung akan meningkatkan kekuatan tekannya karena dalam banyak kasus dengan FAS yang rendah akan meningkatkan kekuatan tekan beton. Pada kasus kedua dengan tingginya nilai slump yang didapatkan akan memudahkan penuangan adukan (placing) atau dengan hal ini waktu penuangan adukan dapat diperlambat. Pada kasus ketiga dimaksudkan untuk mengurangi biaya karena penggunaan semen yang lebih kecil (Mather,Bryant,1994:494-495)
Komposisi dari campuran
bahan tambah ini diklasifikasikan secara umum menjadi 5 kelas :
a) Asam
lignosulfonic dan kandungan garam-garam
b) Modifikasi
dan turunan asam lignosulfonic dan kandungan garam-garam
c) Hydroxylated
carboxylic acids dan kandungan garam-garam
d) Modifikasi
hydroxylated carboxylic acids dan kandungan garam-garam.
e) Material
lain seperti :
•
Material inorganic seperti seng, garam-garam, barak, posfat, klorida
•
Asam amino dan turunannya
• Karbonhidrat,
polisakarin dan gula asam.
• Campuran
polimer, seperti eter, turunan melamic, naptan, silicon, hidrokarbon-sulfat.
2. Tipe B “Retarding
Admixtures”
Retarding Admixtures adalah
bahan tambah yang berfungsi untuk menghambat waktu pengikatan beton.
Penggunaannya untuk menunda waktu pengikatan beton (setting time) misalnya
karena kondisi cuaca yang panas, atau memperpanjang waktu untuk pemadatan untuk
menghindari cold joints dan menghindari dampak penurunan saat beton segar pada
saat pengecoran dilaksanakan. (Ir.Tri Mulyono,2003)
3. Tipe C
“Accelerating Admixtures”
Accelerating Admixtures
adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mempercepat pengikatan dan
pengembangan kekuatan awal beton. Bahan ini digunakan untuk mengurangi lamanya
waktu pengeringan (hidrasi) dan mempercepat pencapaian kekuatan beton.
Accelerating Admixtures yang paling terkenal adalah kalsium klorida. Perlu ditekankan
bahwa kalsium klorida jangan digunakan jika korosi progresif dari tulangan baja
dapat terjadi. Dosis maksimum adalah 2% dari berat semen yang digunakan.
(Ir.Tri Mulyono,2003)
Secara umum, kelompok bahan
tambah ini dibedakan menjadi 3 yaitu :
a) Larutan garam organik
b) Larutan campuran organik
c) Material miscellaneous
4. Tipe D “Water
Reducing and Retardding Admixtures”
Water Reducing and Retarding
Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu mengurangi jumlah air
pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu dan
menghambat pengikatan awal.
Water Reducing and Retarding
Admixtures yaitu pengurang air dan pengontrol pengeringan (Water Reducing
Admixture). Bahan ini digunakan untuk menambah kekuatan beton. Bahan ini juga
akan mengurangi kandungan semen yang sebanding dengan pengurangan kandungan
air. Bahan ini hampir semuanya berwujud cair. Air yang terkandung dalam bahan
ini akan menjadi bagian dari air campuran beton. Jadi, dalam perencanaan air
ini harus ditambahkan sebagai berat air total dalam campuran beton. Perlu
ditekankan bahwa perbandingan antara mortar dengan agregat kasar tidak boleh
berubah. Perubahan kandungan air, atau udara, atau semen, harus diatasi dengan
perubahan kandungan agregat halus sehingga volume tidak berubah. (Ir.Tri
Mulyono,2003)
5. Tipe E “Water
Reducing and Accelerating Admixtures”
Water Reducing and
Accelerating Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi ganda yaitu
mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton yang
konsistensinya tertentu dan mempercepat pengikatan awal. (Ir.Tri Mulyono,2003)
6. Tipe F ”Water Reducing,High Range Admixtures”
Water Reducing,High Range
Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur
yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi tertentu, sebanyak
12% atau lebih. (Ir.Tri Mulyono,2003)
Kadar pengurangan air dalam
bahan ini lebih tinggi sehingga diharapkan kekuatan beton yang dihasilkan lebih
tinggi dengan air yang sedikit, tetapi tingkat kemudahan pekerjaan juga lebih
tinggi. Jenis bahan tambah ini dapat berupa superplasticizer, Bahan jenis ini
termasuk sebagai bahan kimia tambahan yang baru, dan disebut sebagai “bahan
tambah kimia pengurang air”. Tiga jenis plastitisizer yang dikenal adalah :
(Ir.Tri Mulyono,2003)
a) Kondensi sulfonat melamin
formadehid dengan kandungan klorida sebesar 0.005%.
b) Sulfonat nafthalin
formaldehid dengan kandungan florida yang dapat diabaikan.
c) Modifikasi lignosulfonat
tanpa kandungan klorida
Ketiga bahan di atas disebut
superplasticizer, karena dapat mengurangi pemakaian air pada campuran beton dan
meningkatkan slump beton sampai 8 inch (208 mm) atau lebih. Dosis yang
disarankan adalah 1% sampai 2% dari berat semen. Dosis yang berlebihan akan
mengakibatkan menurunnya kekuatan tekan beton. (Ir.Tri Mulyono,2003)
7. Tipe G “Water
Reducing, High Range Retarding Admixtures”
Water Reducing, High Range
Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah
air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu sebanyak 12% atau lebih dan juga untuk menghambat pengikatan beton.
Jenis bahan tambah ini merupakan gabungan superplasticizer dengan menunda waktu
pengikatan beton. Biasanya digunakan untuk kondisi pekerjaan yang sempit karena
sedikitnya sumber daya yang mengelola beton yang disebabkan oleh keterbatasan
ruang kerja. (Ir.Tri Mulyono,2003) Bahan Tambah Mineral (Additive)
1. Abu Terbang Batu
bara (Fly Ash)
Menurut ASTM C.618 (ASTM,
1995:304) abu terbang (fly ash) didefinisikan sebagai butiran halus hasil
residu pembakaran batubara atau bubuk batu bara. Fly ash dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu abu terbang yang normal yang dihasilkan dari pembakaran batu
bara antrasit atau batu bara bitomius dan abu terbang kelas C yang dihasilkan
dari batubara jenis lignite atau subbitumeus. Abu terbang kelas C kemungkinan
mengandung kapur (lime) lebih dari 10% beratnya. Kandungan kimia yang
dibutuhkan dalam fly ash tercantum dalam ASTM C.618-95:305 (Ir.Tri
Mulyono,2003)
2. Silica Fume
Menurut standar
“Spesification for Silica Fume for Use in Hydraulic Cement Concrete and Mortar”
(ASTM.C.1240,1995:637-642) silica fume adalah material pozzolan yang halus,
dimana komposisi silica lebih banyak yang dihasilkan dari tanur tinggi atau
sisa produksi silicon atau alloy besi silicon dikenal sebagai gabungan antara
microsilica dengan silica fume. (Ir.Tri Mulyono,2003)
Penggunaan silica fume dalam
campuran beton dimaksudkan untuk menghasilkan beton dengan kekuatan tekan yang
tinggi. Beton dengan kekuatan tinggi, digunakan, misalnya, untuk kolom struktur
atau dinding geser, pre-cast atau beton pra-tegang dan beberapa keperluan lain.
Kriteria beton dengan kekuatan tekan tinggi saat ini adalah 50-70 MPa untuk
umur 28 hari. Penggunaan silica fume berkisar antara 0 – 30% untuk memperbaiki
karakteristik kekuatan dan keawetan beton dengan factor air semen sebesar 0,34
dan 0,28 dengan atau tanpa superplasticizer dan nilai slump 50 mm ( Yogendran,
et al.1987:124-129 )
BAB
III
PELAKSANAAN KAJIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian akan dilaksanakan di laboraturium Fakultas Teknik
Sipil Universitas Negeri Yogyakarta, karena ketersediaan peralatan yang
mendukung penelitian ini. Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan apabila
proposal disetujui.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan berasal dari laboraturium Fakultas Teknik
Sipil Universitas Negeri Yogyakarta, berupa :
1) Alat cetak beton (kubus,silinder dan balok)
2) Alat uji Slump Beton
3) Saringan Pasir
4) Cawan
5) Mesin Uji Tekan
6) Gelas Ukur
7) Timbangan
8) Batang besi ᴓ16 panjang 60 cm (untuk Rodding)
9) Alat penggetar
10) Oven
11) Alat Pengaduk Beton (Molen)
Bahan yang digunakan antara lain :
1) Portland Cement
2) Pasir muntilan
3) Pasir Bodri
4) Kerikil ½
5) Air
6) Bahan Chemical Admixture meliputi superplasticizer
7) Bahan additive meliputi silica fume
C. Cara Kerja
I. Sebelum dimulai penelitian semua alat dibersihkan sebelum
dipakai
II. Masing-masing pasir di uji gradasi ukuran butirnya
(Finnes Modulus).
III. Masing-masing pasir di uji kadar airnya.
IV. Masing-masing pasir di cari berat jenis masing-masing.
V. Masing-masing pasir di uji kadar lumpurnya.
VI. Masing-masing pasir di campur dengan campuran semen,
kerikil, dan air dalam takaran yang sama.
VII. Masing-masing pasir di campur dengan campuran semen,
kerikil, bahan tambah (chemical admixture dan additive) dan air sesuai dengan
ketentuan SNI atau ASTM dalam campuran beton dengan penggunaan bahan tambah.
VIII. Adonan beton hasil dari masing-masing pasir baik yang
tanpa atau bahan tambah dicetak pada cetakan kubus, balok dan silinder.
IX. Adonan beton tanpa bahan tambah di buat dalam 3 benda uji
kubus, 3 benda uji silinder, dan 1 benda uji balok.
X. Adonan beton dengan bahan tambah di buat dalam 3 benda uji
kubus, 3 benda uji silinder, dan 1 benda uji balok.
XI. Setelah 24 jam benda uji dilepas dari cetakan kemudian
dilakukan perawatan (curing)
XII. Setelah 28 hari benda uji beton dengan pasir bodri dan
pasir muntilan baik yang dengan dan tanpa bahan tambah di tes kuat tekan, kuat
belah dan kuat lenturnya.
D. Analisis / Rincian
Biaya
Pada penelitian ini tidak banyak
menghabiskan biaya, dikarenakan semua alat telah tersedia oleh laboraturium Fakultas Teknik Sipil Universitas Negeri
Yogyakarta. Dan juga bahan-bahan penelitian yang telah tersedia dilingkungan,
kecuali :
-
Bahan
tambah pada beton yaitu chemical admixture dan additive, ±Rp.100.000,-
-
Portland
Cement, yang biayanya ±Rp.50.000,-
-
Operational
±Rp.50.000,-
TOTAL ±Rp.200.000,-
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
·
Didapat setelah melakukan
penelitian ini
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
·
Didapat setelah melakukan
penelitian ini
DAFTAR
PUSTAKA
Murdock, L.J,Brook K.M., Stephanus Hindarko.,1999, Bahan dan
Praktek Beton (4th edition), Erlangga, Jakarta.
Mulyono Tri, 2003, Teknologi Beton, Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Daryanto, 2008, Kumpulan Gambar Teknik Bangunan, Rineka Cipta,
Jakarta.
Yogendran, V., et.al., 1987, Silica fume in High-Strength
Concrete,Technical Paper,
0 komentar:
Posting Komentar